Cerita untuk Anak Cucuku Kelak

October 02, 2016
Kehidupan Kambing di Pulau Bungin



Tanah kita adalah tanah leluhur,

yang dibangun oleh pasir dan karang, menutupi samudera,
yang diberikan oleh Sang Pemilik Kekuasaan masa itu.
Entah sejak kapan manusia senang hidup di pulau gersang tanpa rindang pohon,
dan entah bagaimana kaum kita bermukim dan berketurunan di sini.

Di tanah ini, kita harus berjuang.
Semua raga ingin hidup, semua mulut ingin bersantap.
Ku sematkan hidup bagai imajinasi.
Berkejar-kejaran dengan maut sudah menjadi takdir.


Begitukah?


Nak, di sini kita bukanlah pemilik tanah.
Mereka sibuk dengan hidupnya, sibuk dengan perutnya.
Ada kalanya kita harus bersitegang dengan manusia karena santapan yang sama.
Namun kertas, kardus, plastik pun tak jadi soal.
Ini hal yang biasa untuk kita.
Tidak usah berkecil hati, jika sudah saatnya nanti kita juga akan menjadi santapan mereka.
Tapi mungkin mereka lupa, kita hanyalah jiwa yang dibalut dengan kulit dan tulang tanpa gizi.

Ku titipkan tanah ini, jaga dan rawatlah.
Bila esok manusia sadar, hiduplah dengan bijak.




Pulau Bungin, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Indonesia.

#catatankecil #emmasabatini #kritiksosial 




Karduspun menjadi santapan kami

Powered by Blogger.