Solo Travelling di Ubud Bali
Pulau dewata, Bali menjadi tujuan saya solo travelling. Bedanya, kali ini bukan travelling sebagai turis, melainkan khusus untuk menghadiri upacara pernikahan sahabat Bali. Untuk pertama kalinya, saya menuju ke Bali seorang diri tanpa membuat rencana berkunjung ke tempat wisata. Biarlah kali ini saya melakukan perjalanan untuk mencoba berbagai hal baru dan memberi ruang untuk diri sendiri.
Tips Tiket Pesawat
Pernikahan sahabat saya dilangsungkan Kamis, namun sejak Rabu subuh dia akan melangsungkan upacara metatah (potong gigi) sehingga sayapun berencana tiba di Bali dari Selasa. Saat travelling seperti ini, saya dibantu dengan Skyscanner yang merupakan mesin pencari global dari berbagai aplikasi pencari tiket pesawat. Buka situsnya, pilih tanggal dan lokasi, setelah itu mesin pencari akan memberikan berbagai alternatif penerbangan. Tentunya jangan lupa pilih filter, baik dari segi waktu, harga, hingga maskapai. Nah, khusus buat kamu pencari kenyamanan, skyscanner suka memberikan promo tiket pesawat garuda. Jadi, setelah Tiket Pesawat Garuda Indonesia dipilih, selanjutnya akan diarahkan ke situs pembelian tiket pesawat online untuk pembayaran.
Perubahan Rencana!
Setiap rencana bisa jad kenyataan, bisa juga hanya jadi wacana. Tujuan saya yang awalnya ke rumah calon pengantin di Klungkung untuk ikut dari prosesi metatah, berubah seketika karena kondisi badan yang masih tidak karuan. Bahkan saya sempat berpikir untuk istirahat sehari di rumah, menunda satu hari penerbangan, namun pada akhirnya saya tetap pergi sesuai jadwal. Ini salah satu tantangan yang harus dijawab ketika bepergian seorang diri, mengambil keputusan akan hal-hal yang tak terprediksi.
Nah, jadilah saya pada keputusan untuk stay satu hari di Ubud. Hitung-hitung istirahat karena Ubud adalah salah satu tempat relaksasi terbaik di pulau dewata ini. Walau tidak jadi ikut serta dalam prosesi metatah, tapi saya masih bisa ikut dalam pernikahan adatnya. Jadi boleh kan santai sejenak di Ubud?
Perjalanan Tunggal di Ubud
Setelah dapat tidur yang cukup di hari Selasa malam, saya bangun pagi hari untuk melihat pusat kota Ubud sambil berjalan kaki. Udara pagi masih segar serta tidak banyak orang yang berlalu lalang. Tambah semangat karena bangun pagi itu katanya salah satu obat alami untuk tubuh. Saya memilih untuk berjalan kaki saja putar-putar Ubud sekalian mencari keringat. Jadi, jangan takut bagi kamu yang tidak bisa mengendarai kendaraan, karena mengelilingi kota Ubud dapat ditempuh dengan berjalan kaki.
Perjalanan saya dimulai dari pertokoan yang masih tutup, rasanya seperti Nyepi karena hampir tidak ada orang yang lalu lalang di sini. Kemudian lanjut ke pusat kota Ubud. Kalau di pusat kota, sangat ramai karena pagi hari adalah waktu bagi pasar tradisional melakukan tugasnya sebagai tempat jual beli sayur mayur, buah, hingga bahan-bahan untuk sembahyang.
Semua pemandangan ini tentu berubah bila siang datang. Pasar tradisional sayur mayur akan menjadi tempat perbelanjaan souvenir. Tak hanya Ubud Market, pertokoan yang telah saya lewati sepanjang Ubud tadi akan ramai didatangi para shopping-hunter. Sehingga akan lebih banyak orang berdatangan silih berganti, baik turis lokal maupun mancanegara untuk berbelanja.
Selain itu, pagi ini kita bisa melihat aktivitas penduduk lokal yang biasanya sembahyang pagi di depan rumah atau tokonya. Ada pula yang telah siap untuk berangkat kerja atau sekolah. Saya juga melihat beberapa turis mancanegara yang sedang berjalan kaki menikmati pagi. Kalau berjalan lebih ke dalam, kita juga bisa melihat persawahan yang berada di antara pemukiman. Makanya banyak penginapan di Ubud dengan view sawah. Oh ya, bagi kamu yang ingin mendapatkan matahari terbit di Ubud, saya sarankan untuk pergi ke Campuhan Ridge Walk.
Bila siang datang, Ubud seperti paket lengkap wisata. Ada palace, museum, pertunjukkan tari, hingga Monkey Forest yang siap dikunjungi para wisatawan. Bila lelah, Ubud juga menyediakan relaksasi baik spa ataupun yoga yang siap memanjakan para turis. Kalau saya? Hari ini cukup berjalan kaki saja menikmati pagi sambil mengambil foto dan berhenti sejenak untuk sarapan sebelum beranjak ke Klungkung, lokasi pernikahan sahabat saya.
Ternyata mengunjungi suatu tempat tidak harus pergi ke lokasi wisata ataupun berbelanja. Saya benar-benar menikmati hari-hari di Bali tanpa menjadi layaknya turis. Semaunya saya saja deh pokoknya! Ternyata berpetualang sendirian bukan hal yang buruk dan tidak menakutkan. Paling buruk tidak ada teman mengobrol, tapi saya pribadi malah lebih banyak berinteraksi dengan masyarakat lokal. Sisanya, mengobrol dengan diri sendiri sambil menikmati sudut-sudut di Ubud Bali. Ini saatnya mengenal diri lebih dalam.
Karena tak ada salahnya memberi ruang untuk diri sendiri, kan? So, enjoy your "me time"!
Artikel ini diikutsertakan dalam lomba blog yang diselenggarakan oleh ID Corners dan Skyscanner.
Ubud, 27 Maret 2018
Jelajah Nusantara Bersama Skyscanner #JelajahNusantaraSkyscanner #skyscanner #idcorners #solotravelling #metime #travel #travelwriting #trip #ubud #bali #indonesia
Wah jd kangen solo traveling sewaktu belum nikah dulu. Emang kesannya sepi, tapi bisa bikin rileks dan benar-benar berasa kualitas waktu untuk diri sendiri ya mba.
ReplyDeleteBanget! Kalau abis nikah, masih bisa "me time" ga mbak? :D
Deleteaku suka kalau lihat pasar tradisional, karena di sana bisa belanja dengan harga terjangkau :D
ReplyDeleteYes banget! Yang penting bisa nawar ke penjualnya juga :)
Deletesolo traveling itu menyenangkan, aku sering melakukannya. Kurang seru memang dibanding reramean, tapi kadang lebih kerasa dalam *haiiissssh hehehe. Ada plus minusnya tergantung lagi pengen jalan yang gimana. Btw Foto2nya cantik euy... coba dilebarin deh, Emma. Pasti lebih cetar.
ReplyDeleteTrnyata emang sekali-kali perlu ya solo travelling! Sip bu donna panutanku 😊😊👍
Delete