Melukat di Pura Tirta Empul, Bali
Melukat bisa dilakukan oleh individu, artinya pembasuhan diri tak perlu menunggu hingga diadakan upacara. Siapapun boleh melakukan pembasuhan diri, karena ajakan seorang teman asli Bali saya beranikan diri untuk ikut serta. Selain saya, juga banyak wisatawan lokal dan mancanegara yang turut melukat. Terkecuali wanita yang sedang datang bulan tentu tidak diperbolehkan.
Umat Hindu akan banyak memenuhi tempat ini pada bulan purnama, tilem, maupun kliwon, yaitu menjelang upacara besar di Bali. Selain di pura, masyarakat Hindu Bali dapat melaksanakan melukat di tempat pemandian yang dikeramatkan atau laut yang dianggap memiliki kekuatan magis.
Tirta Empul yang menjadi salah satu tujuan untuk melukat, memiliki kolam dari mata air suci. Kolam pemandian tersebut berada di area utama pura dan mempunyai beberapa pancuran. Masing-masing pancuran air memiliki maknanya sendiri, di antaranya terdapat dua pancuran air khusus kedukaan. Umat Hindu melukat disertai dengan menghaturkan sajen yang berupa canang sari. Setelah melukat dan mengganti pakaian, mereka melanjutkan dengan sembahyang di pura yang berada di belakang mata air suci.
Menghaturkan sajen di Pura Tirta Empul |
Sembahyang, menghaturkan permohonan |
Melanjutkan doa di Pura |
Tirta Empul dulunya bernama Tirta Hampul, memiliki arti mata air atau air yang muncul dari tanah. Di kolam inilah, sumber mata air suci itu muncul, seolah keluar dari perut bumi. Mata air yang keluar di kolam ini kemudian dialirkan ke pancuran-pancuran kolam pemandian yang digunakan untuk melukat.
Air yang berada di kolam pemandian, yang telah digunakan untuk melukat, kemudian mengalir ke kolam yang persis berada di sebelahnya. Inilah kolam tempat kehidupan ikan-ikan koi yang berukuran sangat besar dan dilindungi sehingga tidak boleh sembarangan diambil. Namun, para pengunjung diperbolehkan untuk menyentuh serta memberi makanan para ikan koi dengan makanan yang telah disediakan oleh pura.
Kolam mata air, Pura Tirta Empul |
Ikan koi di kolam Pura Tirta Empul |
Saya hanya ikut dalam proses pembasuhan diri, dan sisanya kembali mengamati kegiatan yang terjadi di pura. Saya merasa sangat beruntung mempunyai teman terbaik yaitu Agung, si putra Bali. Bukan hanya melihat Bali, tapi juga turut serta mengalami kehidupan dan budaya umat Hindu Bali.
Saya dan teman diperbolehkan mengenakan kain sarung (kamen) dan kain ikat kepala khusus lelaki (udeng), bahkan diajak untuk ikut melukat. Terimakasih mengijinkan saya merajut pengalaman di Bali dalam memori. Terbuka dan menghargai, inilah kehangatan yang saya rasakan selama berada bersama keluarga ini.
Hindu mengajarkan untuk melakukan pembersihan diri secara jiwa dan pikiran, salah satunya lewat melukat. Setiap agama di Indonesia juga mengajarkan yang sama, hanya dengan cara yang berbeda. Inilah keragaman yang sungguh membuat saya bangga menjadi warga Indonesia. Semoga keragaman menjadi landasan kita warga Indonesia untuk saling menghargai. -emmasabatini-
1 Mei 2017, Pura Tirta Empul, Gianyar Bali.
#catatanperjalanan #travelwriting #travelphotography #puratirtaempul #tampaksiring #gianyar #bali #indonesia
No comments: